Rabu, 10 Desember 2014

Jokowi Berencana Menghapus Do'a Islam di Sekolah

Rencana pemerintah Jokowi untuk menghapus doa secara Islam di sekolah-sekolah negeri mulai menuai protes. Sejumlah netizen secara terbuka menyatakan ketidaksetujuannya terhadap rencana yang dinilai berbau sekulerisme tersebut. Sejumlah pengguna Facebook menolak rencana itu dengan alasan, di sekolah-sekolah yang mayoritas non muslim, berdoanya juga pakai cara agama mereka. “Dulu waktu sekolah, saya muslim hanya berdua… dan kelas kami harus “menyanyi ritual” setiap mulai pelajaran dan kami tidak boleh protes, padahal jujur “menganggu””, Adil Muhammad menulis kesaksian melalui akun facebooknya. “Entah setan mana yang merasuki para pengambil keputusan, sehingga kepanasan seperti orang kesurupan ketika baca do’a di sekolah aja sampai mau dilarang… Selamat Indonesia Kerasukan Setan…” tambah Edy Fitri. Sebagian netizen juga mengkritisi ketidakadilan pada umat Islam yang selalu disuruh bertoleransi, sementara kaum minoritas banyak menuntut. Bertolak belakang dengan kondisi di negara yang di sana jumlah muslim minoritas, umat Islam dizalimi seperti kasus Rohingya, Kasmir, dan lainnya. “Kita nih gak usah pura-pura bego,.. mayoritas disuruh toleransi tegangan tinggi, yang minoritas banyak nuntutnya,” kata Sekar Sari Sitepu. Ada pula yang mencontohkan kasus di Bali sebagai perbandingan. “Di Bali, pegawai yang muslim pakai jilbab dilarang disuruh menghormati masyarakat Bali yang mayoritas Hindu… Kenapa kalo yang minoritas agama lain cara Islam dianggap mengganggu kenyamanan agama lain… diskriminasi,” tandas Evi Rahma Ummu Syahrani. Seperti diketahui, Mendikbud Anies Baswedan pada bulan lalu mengatakan kementeriannya sedang mengevaluasi proses belajar mengajar yang selama ini berlangsung di sekolah-sekolah negeri. Diantaranya terkait tata cara membuka dan menutup proses belajar, termasuk doa sebelum pelajaran dimulai dan doa ketika hendak pulang sekolah yang selama ini identik dengan cara Islam. Berita rencana “evaluasi doa” itu kembali beredar di internet disertai protes para pengguna sosial. [Ibnu K/bersamadakwah]

0 komentar:

Posting Komentar