Selasa, 05 Juli 2011

Menikah itu…???

Menikah itu…???
 
Menikah? wah satu kata ini pasti yang paling dirindukan oleh para akhwat yang mendengarnya…(ikhwan juga tentunya), tapi disini saya hanya ingin mengetengahkan tema menarik ini terutama untuk para calon isteri saja… Kok gitu? absolutely yes, since I am a wife so I will tell you what the wives use to deal with..
Jadi begini akhwat sekalian yang sangat penasaran dengan ‘gimana sih dunia pernikahan itu?’
Let me tell you dear sis… menikah tuh nggak cuma melulu soal cinta-cinta, bermesraan, bunga-bunga, dan hal indah-indah semacamnya. Oke kita yang udah menikah juga nggak menafikan betapa berharganya anugerah Allah berupa cinta dan kasih sayang ini.

Bayangin, kita yang dulu cuma berakrab-akrab ria dengan teman perempuan yang lain, bercanda ria, saling curhat hanya dengan sesama sahabat putri (catet ya: ini bagi kami yang nggak kenal pacaran lho..), lalu tiba-tiba ada ‘makhluk’ lain didepan kita, makhluk yang sebelumnya nggak kita kenal, yang jika ketemu aja kita nggak mau lihat wajahnya karena takut kena fitnah, dan bahkan makhluk yang telapak kaki kitapun tak mau kita perlihatkan kepadanya (karena itulah yang dituntunkan syariat), then suddenly..setelah menikah semua itu nggak berlaku lagi kan…

Nah, ternyata akhwatifillah, dalam bingkai pernikahan memang Allah telah menghalalkan apa-apa yang sebelumnya haram, kita mau bikin cerita cinta seperti Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan bunda Aisyah…, kejar-kejaran dengan dia ditaman bunga gitu, ya tentu aja boleh.
Ya itulah karunia Allah kepada sepasang laki-laki dan wanita yang disatukan dalam tali pernikahan. Lha kalo yang belum nikah kayak begitu (yang orang sekarang bilang pacaran) itu namanya menentang larangan Allah, karena Allah telah berfirman,
“Dan janganlah kamu dekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isro’: 32)
Sementara orang yang pacaran tentu saja mendekati zina (memandang, menyentuh, mencium, dll) dan bahkan banyak yang jatuh kepada zina itu sendiri, naudzubillah min dzalik. Ingat kan sebuah hadist dari Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam tentang kisah beliau ketika di isra’ mi’rajkan dimana beliau melihat sebuah tempat yang mirip tungku yang besar dimana ada pria dan wanita telanjang disana dan dinyalakan api dari bawah tungku tersebut, ketika Nabi bertanya kepada malaikat yang membawa beliau, ia menjawab bahwa mereka adalah laki-laki dan perempuan yang berzina di dunia.
Baiklah kembali kepada tema, jadi menikah nggak melulu soal cinta, namun ada hal besar lainnya disana ya ukhty,..Setelah menikah, maka kita memasuki kehidupan yang lain dari sebelumnya, ibarat anak SD yang mau masuk SMP, maka akan ada peningkatan ilmu yang berbeda yang harus kita jalani. Dan disinilah kita akan memahami (benar-benar memahami) apa yang dimaksudkan dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala,
“Maka wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi menjaga diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah menjaga mereka…”(QS. An Nisa : 34)
dan juga sabda Nabi sallallahu alaihi wa sallam,
“Tiada kekayaan yg diambil seorang mukmin setelah takwa kepada Allah yang lebih baik dari istri sholihah; jika dia menyuruhnya iapun taat, jika dilihat menyenangkan dan jika diberi mau berterima kasih, dan jika suaminya pergi maka dia menjaga dirinya dan harta suaminya.” (Hadits Riwayat Ibn Majah)

know why?
karena kita nggak hidup sendiri lagi ukhty, kita punya seseorang yang harus kita urus dari bangun tidur hingga mau tidur lagi.
Jika sebelum menikah, mau makan kita tinggal makan, mau pergi keluar tinggal keluar (jika tinggal dengan orang tua harus ijin mereka dulu), mau ngobrol sama teman sepuasnya tinggal ngobrol, mau ambil keputusan tinggal ambil, mau tidur tinggal tidur, mau nggak mandi seharian juga nggak ada yang negur, mau pake baju lusuh dirumah juga biarin.
Namun semua itu lain keadaannya jika kita telah menikah (dan bila kita ingin menjadi isteri yang salihah yang balasannya adalah Jannah).
Mau tak mau kita harus tinggalkan kebiasaan lama dulu dan mesti dirubah, karena…
Disana akan ada seseorang yang harus kita siapkan makanan ketika tiba waktu makan
ada seseorang yang harus kita siapkan bajunya untuk dicuci, disetrika,
Ada seseorang yang harus kita mintai ijin ketika kita mau keluar,
ada seseorang yang harus kita hormati dan ikuti keputusannya walaupun tidak sreg dengan ego kita,
ada seseorang yang harus kita mintai ijin ketika kita akan membelanjakan uang (kecuali jika itu uang penghasilan kita sendiri),
dan ada seseorang yang harus kita utamakan dari orang lain disekitar kita (misal kalau ada suami disamping kita jangan keenakan ngobrol ngalur-ngidul di telefon dengan teman lama, sedangkan suami dicuekin),
ada seseorang yang didepannya kita harus hadirkan penampilan yang terbaik, perhatikan dandanan dan wewangian (Peringatan: cuma dipakai didepan suami lho, not for public consumption!)

Bagaimana dengan konflik ?
Rumah tangga mana sih yang nggak lepas dari konflik? Bahkan rumah tangga Nabi dan sahabat pernah mengalami ujian, apalagi orang biasa seperti kita.
Namanya menikah itu kan menyatukan dua manusia dengan latar belakang, sifat dan karateristik yang berbeda, pasti sekali-kali pernah ada benturan di antara dua kepribadian ini. Ada kalanya konflik dua kepentingan terjadi, ini hal yang lumrah, namun yang harus diutamakan adalah BAGAIMANA kita mengelola, mencari jalan keluar dari konflik tersebut agar tidak berlarut-larut.
Nah disinilah perbedaan antara rumah tangga yang dibangun diatas landasan Islam yang kokoh dan yang rapuh.
Jika kita tidak tahu seni-nya berumah tangga islami ya, maka nggak heran jika ada isteri yang kabur dari rumah suami setelah ‘perang’, ada suami yang tega men-smack down isterinya hingga babak belur (lha emang isterinya atlet tinju?), ada isteri yang melempari suaminya dengan gelas, piring, dll ketika marah-marah, ada yang bahkan langsung nuntut cerai hanya karena masalah sepele…dan seterusnya
Terus bagaimana keluarga muslim yang sebenarnya dalam menghadapi konflik rumah tangga?, berikut tips-tips yang insya Allah berguna:
Jika salah seorang pasangan melakukan kesalahan, maka akuilah dan langsung meminta maaf, jangan biarkan berlarut-larut menjadi ‘perang dingin’ emang enak diem-dieman seharian? berikan saja dia senyuman, pelukan dan minta maaf kepadanya, dan berjanji (sungguh-sungguh lho ya) bahwa kita tidak akan mengulanginya lagi. Insya Allah suasana akan kembali cair
Jika suami atau isteri mendapati kesalahan pasangannya maka jangan serta merta marah-marah, namun tanyakan dulu apa alasan dia melakukan hal tersebut,barangkali kita belum tahu maksud dia dibalik perbuatannya itu. Cobalah khusnudzon dengan suami, insya Allah akan bermanfa’at, bukankah sebagian prasangka adalah dosa? Coba kita tabayyun dulu, cari tahu dulu informasi yang sebenarnya, karena kalo kita langsung marah maka setan akan semakin menghembuskan nyala apinya…
Ketika kita marah atau kesal dengannya maka cobalah tahan lisan kita, jangan keluarkan kata-kata, sebab kalo kita lagi marah, setan masuk dan kata-kata yang keluar akan tidak terkontrol, takutnya kita akan mengeluarkan ucapan yang malah membikin suasana tambah runyam, tadinya suami mau minta maaf, tapi karena kita sudah terlanjur mengucapkan kata-kata yang menusuk, maka bisa-bisa malah suami yang gantian marah ke kita, wah tambah kacau deh..
seperti yang disabdakan Nabi, jika kita marah maka duduklah, kalo masih marah, berbaringlah, dan supaya lebih tenang maka berwudhulah, insya Allah ini akan mendinginkan kepala dan hati.
Dan jika terjadi konflik dengan suami, maka jangan tinggalkan rumah, ngambek, lalu kabur ke rumah orang tua tanpa seidzinnya…padahal tidak diperbolehkan kita meninggalkan rumah tanpa seidzin suami. Bersabarlah saja wahai ukhti, nggak akan rugi kok orang yang bersabar, siapa tahu suami akan semakin menyayangi kita karena melihat akhlak kita yang begitu terpuji. Amin.
***
Intinya menikah itu selain keindahan yang kita rasakan, namun ya ada tanggung jawab lain sebagai seorang isteri yang harus kita jalankan seperti diatas tadi, itu ya udah sunnatullah, ada juga saat-saat masalah datang secara tak terelakkan dan kita harus menyikapinya dengan sikap yang sesuai tuntunan syari’at. Karena masalah rumah tangga adalah bagian dari ujian Allah di dunia.
Jika kita menginginkan kebahagiaan yang abadi, ya nggak akan ketemu di dunia ini, karena dunia adalah ladang ujian, kesenangan yang terus-menerus adanya ya di Jannah, di sanalah kita memetik hasil jerih payah kita dalam mengelola rumah tangga yang islami. Amin
***
Semoga Allah karuniakan kepada kita rumah tangga yang sakinah, mawwadah, wa rahmah.
Amin Yaa Mujibbassa’ilin

0 komentar:

Posting Komentar